Sejak adanya pengumuman seorang Dai kondang yaitu AA. Gym memutuskan untuk berpoligami hampir seluruh elemen bangsa berkomentar. Poligami menjadi polemik yang berkepanjangan. Sebenarnya Poligami bukanlah sesuatu hal yang baru bagi bangsa kita. Bila kita lihat sejarah kerajaan yang ada di bumi ini sebelum terbentuknya Negara Indonesia, Poligami merupakan hal yang wajib bagi Raja Raja di tanah air kita. Bahkan Poligami tidak hanya dua tetapi hampir lebih dari tiga orang. Dan sebagian besar akhir dari cerita Raja itu tidak happy ending, karena sebagian besar banyak yang perang memperebutkan kekuasaan dan harta antara putra dari isteri raja pertama dan isteri raja yang lainnya.
Dari sejarah diatas sudah dapat diketahui bahwa berpoligami tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang menjadi pertanyaan adalah bisakah semua orang yang berpoligami akan bahagia , dalam artian seluruh elemen yang berkaitan dengan poligami tersebut? Karena Poligami selalu dan pasti akan mengkorbankan perasaan dari seorang wanita yaitu isteri pertama. Dari pertanyaaan tersebut saya memberikan dua kasus poligami yaitu dari kerabat dekat saya dan teman saya.
Kasus pertama adalah Om saya sendiri, mulanya beliau kehidupannya bahagia karena masih monogami mempunyai isteri satu dan tiga orang anak. Ketika ekonomi om saya sudah melonjak drastis , beliau langsung memutuskan untuk berpoligami dengan janda beranak satu. Isteri pertama pada mulanya menolak ketika Om saya mengutarakan niatnya, sampai hampir sempat mau bunuh diri karena ulah dari Om saya. Tetapi ketika di terangkan oleh kerabat semua akhirnya Isteri pertama Om Saya menyadari bahwa tekadnya dari suaminya itu memang sudah bulat . Dengan terpaksa Isteri pertama Om saya itu pun mengabulkan. Sedangkan anak anak mereka tiga orang dua orang tidak ada yang mengerti arti dari poligami, yang mengerti hanya anak pertama yang sudah duduk dibangku SMP. Setelah menikah jadwal berkunjung pun terssusun , untuk hari Sabtu dan Minggu Om Saya tidur di Isteri kedua yang tinggalnya tidak sekota. Sampai akhirnya dari dari Isteri kedua mempunyai anak satu. Waktu telah berlalu, ternyata anak pertama dari Om saya itu tidak merelakan bila Mamanya dimadu. Ketika dewasa selalu terjadi percekcokan antara anak dan ayah ini. Sampai akhirnya di usia 50 tahun Om Saya meninggal dunia. Dengan meninggalnya Om saya keluarga yang telah dibina hasil poligami bercerai berai, tidak ada tali silaturahmi antara Isteri pertama dan Kedua.
Kasus kedua dari teman akrab saya dimana seorang yang memang secara materi telah mencukupi bahkan lebih dari cukup. Kemudian Dia memutuskan untuk berpoligami, dengan keputusan itu Isteri pertama legowo atau ikhlas lahir bathin tidak sampai protes atau apa, Dengan lancarnya Suami nya berpoligami dengan seorang yang masih gadis , umurnya sama dengan anak pertamanya. Waktu telah berlalu , Suami meninggal dunia, harta masih berlimpah dan masih cukup untuk semua keluarga. Tetapi rasa tidak puas, lagi lagi datang dari anak isteri pertama. Sehingga walaupun tidak ada pertengkaran yang hebat masih ada saja rasa tidak puasnya. Apakah ini dapat dikatakan bahagia?
Dari dua kasus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa berpoligami tidak akan mendatangkan kebahagian secara implisit, secara eksplisit memang ada pengakuan secara legal tetapi secara implisit (perasaan) banyak yang tidak setuju atau kurang puas terhadap keputusan itu walaupun tidak secara nyata. Hal ini akan terbukti jika si pelaku poligami meninggal dunia. Karena dari situ biasanya timbul konflik yang berkepanjangan, karena rasa tidak puas yang terpendam cukup lama. Dengan kata lain konflik akan semakin muncul jika Sang tokoh pelaku poligami meninggal dunia.
Banyak sekali kerugian yang dialami orang yang berpoligami bila dilihat dari kasus diatas. Seorang anak dari isteri pertama tidak akan bisa patuh layaknya seorang anak terhadap orang tuanya. Hal ini terjadi karena ketidak puasan seorang anak yang merasakan kecemburuan dan ketidakadilan yang dilakukan ayahnya terhadap Mamanya. Terutama anak perempuan. Hal semacam ini yang luput dari perhatian sang pelaku poligami yaitu perasaan seorang anak. Karena selama ini pelaku poligami hanya berfokus pada Isteri pertamanya saja.
Bagi mereka yang menganut aliran poligami mungkin mempunyai pandangan yang berbeda dari uraian diatas. Mereka berpedoman bahwa Agama tidak melarang dalam hal ini yaitu Agama Islam dan lebih mementingkan kebersamaan, mereka bisa membuktikan dengan perilaku yang sangat akrab antara isteri kesatu dan kedua dan seterusnya. Bahkan mereka juga dapat seatap. Memang selama ini yang sukses berpoligami mengakui bahwa diantara mereka tidak terjadi konflik antara satu dengan yang lainnya. Selama keadilan dan akidah agama masih membentengi mereka.
Perilaku tersebut memang bisa saja terjadi dalam waktu tertentu dalam arti selama nakhoda atau seorang figure ayah masih hidup. Karena kendali semua di tangan figur seorang ayah. Bila sudah meninggal apakah bisa menjamin kelangsungan kebersamaan tersebut? Kelangsungan kebersamaan itu bisa berlanjut bila memang Sang Figur ada penggantinya Figur lainnya, tetapi jarang sekali hal ini terjadi. Biasanya konflik terjadi setelah figure meninggal disebabkan oleh kecemburuan perasaan yang sudah lama terpendam dan kecemburuan harta peninggalan sang figure.
Mengapa orang orang tersebut memilih poligami, apakah karena kebutuhan sexnya atau karena ingin menolong? Sebagian besar mereka beranggapan untuk menghindari perbuatan zina (perilaku seksual yang illegal secara agama) dan secara logika memang tidak masuk akal bila hanya ingin menolong kemudian harus menikah dulu, karena menolong dalam hal ini bisa dilakukan tanpa harus menikah. Biasanya Orang yang ingin berpoligami adalah orang yang sudah mapan dalam hal materi. Menurut penelitian sangatlah sedikit orang orang yang dalam ekonomi belum mapan melakukan poligami. Disamping itu sifat dasar dari manusia memang tidak pernah merasa puas dari apa yang dimilikinya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk zaman sekarang kecil sekali bila orang berpoligami akan dapat hidup bahagia yang berkepanjangan. Bahagia dalam arti tidak terjadi konflig antara sesama anggota keluarga baik secara terbuka maupun tersembunyi. Untuk saat ini yang terjadi adalah konflik akan timbul jika figure ayah akan meninggal dunia. Disamping itu orang orang yang ingin berpoligami minimal orang tersebut harus memenuhi kriteria harta yang melimpah. Tidak akan bisa hidup berpoligami tanpa harta yang melimpah. Kecuali mereka yang hidup di hutan belantara dan di pedalaman. dimana etika dan norma norma hidup masih sangat sederhana dan tidak sekomplek hidup di perkotaan. (Magelang, 11122006) |